"Uang
memang tidak ada saudaranya." Demikianlah bunyi sebuah peribahasa.
Sayangnya, peribahasa warisan lelulur ini jarang dijadikan landasan
untuk berbicara tentang pinjam-meminjam.
Uang tidak punya
saudara kembar, kakak,adik,ayah,atau ibu.Uang hanya punya prinsip nilai
yang berada pada dirinya sendiri (values in itself). Berapa nilai dan
seperti apa perjanjian sebelum uang
dipinjamkan dari pemilik uang ke peminjam memiliki prinsip yang teguh
dan semuanya berpusat pada nilai uang itu dan perjanjian yang dibangun.
Karena itu, jangan sekali-sekali bicara tentang hubungan saudara
(keluarga) ketika Anda ditagih oleh pemilik uang yang Anda pinjam.
Kisah tentang si Uang yang tidak punya rasa belas kasihan dan tidak
punya rasa saudara ini banyak menelan korban dan banyak cerita sedih.
Dan biasanya, orang lain yang tidak tahu tentang bagaimana masalah itu
terjadi cenderung membela korban kekerasan oleh pemilik uang. Padahal,
bisa saja si pemilik uang sedang terjerat masalah keuangan dan mengancam
kehidupannya, lalu si peminjam uangnya malah berlindung di balik kata
"saudara" (hubungan keluarga) dan BELUM PUNYA UANG.
Hampir
semua orang ingin bisa membahagiakan anggota keluarga dekat (kerabat,
sepupu, dll) dan ingin bisa melakukan apapun untuk memuliakan mereka.
Akan tetapi seperti bunyi peribahasa di atas bahwa 'duit tidak ada
saudaranya'. Artinya, apabila seseorang meminjam uang dan membuat
perjanjian tak-tertulis, maka jangan pernah berdalih atas hubungan
keluarga, persaudaraan, dan ketidakmampuan untuk membayar. KITA MEMINJAM
UANG DARI SESEORANG, MAKA YANG HARUS KITA KEMBALIKAN ADALAH UANG, bukan
berlindung di balik kata-kata "saudara" dan dalih tidak punya uang.
Jika kita tidak mampu membayar nilai uang yang kita pinjam, maka berilah
sejumlah nilai yang setara dengan nilai uang itu. JANGAN BERDALIH DI
ATAS HUBUNGAN KEKELUARGAAN.
Kita memang wajib untuk saling
membantu, terutama apabila masih berhubungan darah atau sebagai saudara,
akan tetapi kita, di saat yang bersamaan akan menempatkan diri kita
seperti makan buah simalakama. Karena apabila saudara tersebut tidak
dapat mengembalikan pinjamannya, maka kita akan berangkat dari
perjanjian awal dan prinsip nilai uang itu.
Uang itu adalah
hasil jerih payah kita, padanya melekat nasib keluarga inti kita (istri
dan anak). Mengapa harus menjadi nilai yang tidak berarti (bernilai)
oleh orang lain, sekali pun itu bernama saudara kandung ? Memang kalau
kita lagi susah, apakah saudara kandung kita menanggung semua kehidupan
kita? Tidak. Suami-istri sebagai keluarga intilah yang menanggungnya.
Jangan sepelekan pasangan Anda (suami atau istri) dalam hal
pinjam-meminjam uang terhadap keluarga ! Mereka harus tetap sebagai
orang lain dalam hal pinjam-meminjam. Terkecuali kalau sakit atau
musibah, maka kita wajib menolong semampu kita.
Apabila yang
meminjam uang ternyata saudara dari pihak kita, bisa saja pasangan kita
juga ikutan tidak menyukai saudara kita dan mungkin jadi ikutan membenci
kita. Dan apabila kita mulai menekan keluarga kita peminjam tersebut,
maka orang tersebut akan menghindar. Yang membuat semakin ribet adalah
campur tangan anggota keluarga lainnya, khususnya orangtua.
Pertanyaannya adalah mengapa saudara kita meminta pinjaman uang tersebut
kepada kita? Jawabannya adalah: DIA MEMBUTUHKAN UANG UNTUK
KEPERLUANNYA, dan lebih mudah pinjamnya, lebih fleksibel, lebih cepat,
tidak ribet dan lain-lain. Kata kuncinya atau titik berangkatnya adalah
BUTUH, UANG, LEBIH MUDAH. Yang apabila disimpulkan, artinya: ingin lebih
mudah mendapatkan UANG dan belum tentu ia bisa mendapatkan pinjaman
dari institusi keuangan (Bank) seperti Kredit Tanpa Jaminan atau Kartu
Kredit. Lalu, kenapa pada akhirnya urusan kita malah DIPERSULIT dan
MELUPAKAN KEBUTUHANNYA, sementara kita MEMPERMUDAH URUSAN KEBUTUHANNYA ?
Lalu, apabila dapat disimpulkan bahwa saudara kita tidak berhak atau
belum bisa meminjam dari institusi keuangan mengapa justru kita yang
memberikan pinjaman? Yang dapat dilihat bahwa RISIKO UANG TIDAK KEMBALI
sangatlah tinggi. Akhirnya terjadilah keributan yang sangat mungkin
merusak hubungan abadi kekeluargaan dan pertikaian merenggut nyawa.
Buatlah Perjanjian
Apabila kita masih ngotot ingin “membantu” saudara kita ini, maka
lakukanlah dengan benar. Artinya, kita harus lakukan seperti apabila
kita meminjamkan uang ke orang lain (yang bukan saudara atau orang
dekat). Kita harus mempersiapkan perjanjian pinjam-meminjam yang harus
ditanda-tangani di atas materai oleh kedua belah pihak. BILA PENTING
ADANYA SAKSI, dan mencantumkan "apabila perjanjian dikhianati oleh salah
satu pihak, maka akan diselesaikan secara hukum."
Komunikasikan hal ini secara baik-baik dan katakan bahwa hal ini hanya
untuk berjaga-jaga saja. Kalau kita mengkomunikasikan dengan baik, saya
yakin saudara kita tidak akan tersinggung atau menolak. Kalau dia
tersinggung, berarti DIA ADALAH PENIPU. Dia yang butuh uang, harusnya
dia harus tunduk pada pada prinsip nilai uang, karena dia
MEMBUTUHKANNYA.
Apabila peminjam (saudara kita) merasa tidak
senang karena kita membuat perjanjian dan dia harus menanda tanganinya
yang dianggap kita tidak mempercayainya, maka URUNGKANLAH NIAT ANDA
UNTUK MEMINJAMKAN UANG. Masing-masing punya urusan dan privasi sendiri.
Kita juga tidak perlu merasa bersalah bila tidak bisa meminjamkannya.
Dia yang ingin meminjam sejumlah uang UNTUK KEINGINANNYA, mengapa pula
harus mengorbankan orang lain, sekali pun itu bernama saudara.
Setiap orang yang jujur dan benar-benar memerlukan pinjaman dan berniat
akan mengembalikan pinjamannya akan dengan senang hati menandatangani
perjanjian tersebut, dan berniat untuk membayar. Peminjam harus
bersyukur karena keinginannya terpenuhi melalui saudara dekat.
Kebalikannya apabila kita berhadapan dengan orang yang merasa tidak
senang untuk menandatangani perjanjian pinjam-meminjam, kita dapat
menyimpulkan bahwa orang tersebut sudah punya niat untuk tidak
mengembalikan uang kita.
Karena itu, jangan libatkan hubungan
keluarga atau pun persaudaraan dalam masalah hutang-piutang. Tidak mampu
untuk meminjamkan, atau peminjam kemungkinan tidak sanggup bayar dan
punya track record kurang baik, maka bantulah ala kadarnya. Tidak ada
aturan moral yang mengharuskan kita untuk rugi demi KEINGINAN (kehidupan foya-foya) orang
lain, sekalipun itu saudara terdekat.
Kamis, 15 November 2018
Uang Bisa Beranak, Tapi Tidak Punya Saudara
Sebagai profesional di bidang real estate di Indonesia, kami bisa menjadi mitra Anda untuk memilih properti yang “benar”, baik Anda sebagai investor berpengalaman, pembeli pertama atau warga asing yang ingin pindah ke Indonesia. Layanan kami adalah membantu Anda dalam proses investasi properti secara keseluruhan: (1) menemukan pilihan properti yang tepat, (2) menegosiasikan harga terbaik, serta (3) membuat penawaran dan menutup transaksi. Contact: WA. 0813-1161 2224
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
https://pusaka.or.id/assets/2018/01/Laporan-Bersama-Catatan-Akhir-Tahun-2017-Vrs.pdf
-
1. Orang Baik cenderung LEBIH BANYAK TERSENYUM. Percaya atau tidak, kebaikan seseorang bisa ditunjukkan dari cara dia tersenyum. Mengapa...
-
"Uang memang tidak ada saudaranya." Demikianlah bunyi sebuah peribahasa. Sayangnya, peribahasa warisan lelulur ini jarang dijadi...
-
Jika ada yang bertanya, "Kenapa kalian menyembah pohon besar yang berjaket poleng? Maka aku akan menjawab, "Aku tidak menyembah...
-
Salah seorang raja menjatuhkan hukuman mati terhadap seorang tukang kayu yang tidak jelas kesalahannya apa. Ada rumor sampai ke telinga r...
-
SEORANG WARTAWAN BERHASIL MENDAPAT PENGHARGAAN DUNIA ATAS KARYA FOTO DI BAWAH INI, NAMUN KEMUDIAN BUNUH DIRI KARENA MENYESAL TIDAK MENOLON...
-
https://pusaka.or.id/assets/2018/01/Laporan-Bersama-Catatan-Akhir-Tahun-2017-Vrs.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar